Cari Blog Ini

Tampilkan postingan dengan label family time. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label family time. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 13 April 2024

Hari Raya Idul Fitri Menghimpun Nilai-nilai Kebaikan Ummat

Hari Raya Idul Fitri Menghimpun Nilai-nilai Kebaikan Ummat

Oleh : Andrey Maulana S.IP.

Sudah menjadi tradisi pada hari raya Idul Fitri selepas bulan suci ramadhan serta datangnya bulan syawal segenap umat muslim Indonesia memiliki beberapa kegiatan diantaranya :

  1. Sholat Ied Berjamaah Baik dilapangan terbuka maupun masjid
  2. Ziarah kubur
  3. Bersilaturrahmi
  4. Halal Bil Halal   

Sedikit sharing bertujuan saling mengingatkan terkait esensi dari beberapa kegiatan yang menjadi agenda rutin segenap umat muslim ketika hari raya Idul Fitri ataupun setelahnya selepas ramadhan, memasuki bulan syawal.

1. Sholat Idul Fitri

Ketika warga berkumpul lapangan terbuka atau Masjid untuk melaksanakan Sholat Idul Fitri, mereka merasakan kebersamaan yang kuat. Dalam momen tersebut, perbedaan Strata sosial, usia, dan latar belakang seolah menghilang, semua menyatu sebagai umat Islam yang merayakan kemenangan setelah sebulan wajib berpuasa di bulan Ramadhan.

  • Anjuran Shalat Ied untuk ummat Islam, tak terkecuali wanita meski sedang haid

Dari Ummu ‘Athiyah radhiyallahu ‘anha, beliau berkata:

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan kepada kami agar kami mengeluarkan para wanita (untuk menghadiri) shalat Idul Fitri dan Idul Adha, baik wanita yang sedang haid, maupun yang masih gadis. Beliau memerintahkan kepada wanita yang sedang haid agar tidak ikut shalat, namun menyaksikan kebaikan dan seruan (khutbah) kaum muslimin.(HR. Bukhari, no. 324; Muslim, no. 890)

Hadits ini menunjukkan pentingnya menghadiri shalat Ied bagi umat Islam, bahkan bagi wanita yang sedang haid sekalipun, mereka tetap dianjurkan untuk hadir dan mendengarkan khutbah, sebagai bentuk kebersamaan dan syiar Islam.

  • Tempat Shalat Ied Dilaksanakan

Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata:

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam keluar menuju mushalla (tempat shalat) pada hari Idul Fitri dan Idul Adha, lalu beliau shalat dua rakaat, dan tidak ada shalat sunnah sebelum atau sesudahnya.” (HR. Bukhari, no. 955; Muslim, no. 889)

Para ulama memiliki pandangan yang beragam mengenai pelaksanaan shalat Id di mushalla atau lapangan terbuka, dan ini didasarkan pada praktik yang dianjurkan oleh Rasulullah SAW serta pada kebutuhan masyarakat Muslim.1.

1. Ibnu Qudamah dalam kitab Al-Mughni menjelaskan bahwa shalat Id dianjurkan di lapangan terbuka atau mushalla jika kondisi memungkinkan, karena ini adalah praktik yang dilakukan oleh Rasulullah SAW dan para sahabat. Hal ini mencerminkan kebersamaan umat dalam merayakan hari raya.

2. Imam Syafi'i menyatakan bahwa shalat Id dapat dilaksanakan di masjid jika kondisi cuaca atau faktor lainnya tidak memungkinkan dilaksanakan di lapangan. Dalam Al-Umm, beliau menekankan bahwa yang terpenting adalah mendirikan shalat Id, meskipun tempatnya disesuaikan dengan keadaan.

3. Imam Nawawi dalam Al-Majmu' juga mengafirmasi bahwa shalat Id di lapangan atau mushalla lebih utama apabila tidak ada hambatan cuaca atau kondisi lainnya. Namun, beliau menekankan bahwa jika dilaksanakan di masjid juga tidak mengurangi pahala shalat Id.

4. Imam Al-Bukhari dalam Sahih Al-Bukhari mengumpulkan riwayat-riwayat dari para sahabat yang menunjukkan bahwa Rasulullah SAW sering melaksanakan shalat Id di lapangan terbuka, dan para sahabat mengikuti sunnah ini.

5. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah menambahkan bahwa alasan utama pelaksanaan shalat Id di lapangan adalah untuk menunjukkan persatuan umat Islam dalam momen besar seperti Idul Fitri dan Idul Adha. Ini memiliki nilai kebersamaan dan kesatuan yang kuat.


Referensi dari para ulama ini menunjukkan fleksibilitas dan kebijaksanaan dalam pelaksanaan shalat Id. Meski dianjurkan di mushalla atau lapangan terbuka, kondisi dan kenyamanan umat tetap menjadi pertimbangan utama dalam menentukan lokasi pelaksanaan shalat.

1.OpenAI. Tanggapan dari ChatGPT tentang Pandangan ulama Mengenai Pelaksanaan Sholat Ied, "Redaksi Hadits Mushalla (Tempat Shalat)", HR. Bukhari, no. 955; Muslim, no. 889". Model AI. Diakses 8 November 2024, dari https://chat.openai.com.

2. Ziarah kubur

Faedah dari Ziarah Kubur : 

A. Mendoakan Mayyit, terutama bagi kedua Orang Tuanya jika telah wafat.   

Hukum ziarah kubur 1.

Ziarah kubur adalah sebuah amalan yang disyari’atkan. Dari Buraidah Ibnul Hushaib radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

 كنت نهيتكم عن زيارة القبور، فزوروها

“Dahulu aku melarang kalian berziarah kubur, maka (sekarang) berziarahlah


Merupakan sebuah keutamaan bagi umat muslim untuk mendoakan orang tua. mengingat perjuangan membesarkan anak anaknya, tanpa kenal lelah, mempertaruhkan segalanya baik : waktu, tenaga, harta, serta tak terkecuali nyawanya sekalipun. Pengorbanan besar tak lekang oleh waktu, tak lain dan tak bukan hanya untuk menghidupi keluarga terutama anak-anaknya. Hanya dengan harapan sederhana yakni anaknya taat kepada Alloh, benteng dari maksiat, shalih, shalihah, memberikan hidayah, manfaat baik untuk keluarga maupun lingkungan di sekitarnya, serta pendidikan & penghidupan yang layak melebihi orangtuanya.

Ilmu agama yang bermanfaat, anak sholeh yang selalu mendoakan ortunya dan sedekah jariyah adalah di antara amalan yang bermanfaat bagi mayit walaupun ia sudah di alam kubur. Simak sajian singkat berikut.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِذَا مَاتَ الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثَةٍ مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ وَعِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ وَوَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ

Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara (yaitu): sedekah jariyah, ilmu yang dimanfaatkan, atau do’a anak yang sholeh” (HR. Muslim no. 1631)

Faedah dari hadits di atas:

Pertama: Jika manusia itu mati, amalannya terputus. Dari sini menunjukkan bahwa seorang muslim hendaklah memperbanyak amalan sholeh sebelum ia meninggal dunia.

Kedua: Allah menjadikan hamba sebab sehingga setelah meninggal dunia sekali pun ia masih bisa mendapat pahala, inilah karunia Allah.



Sumber https://rumaysho.com/1663-terputusnya-amalan-kecuali-tiga-perkara.html

2.Ilmu agama yang bermanfaat, anak sholeh yang selalu mendoakan ortunya dan sedekah jariyah adalah di antara amalan yang bermanfaat bagi mayit walaupun ia sudah di alam kubur.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِذَا مَاتَ الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثَةٍ مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ وَعِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ وَوَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ


“Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara (yaitu): sedekah jariyah, ilmu yang dimanfaatkan, atau do’a anak yang sholeh” (HR. Muslim no. 1631)

Faedah dari hadits di atas:

Pertama: Jika manusia itu mati, amalannya terputus. Dari sini menunjukkan bahwa seorang muslim hendaklah memperbanyak amalan sholeh sebelum ia meninggal dunia.
Kedua: Allah menjadikan hamba sebab sehingga setelah meninggal dunia sekali pun ia masih bisa mendapat pahala, inilah karunia Allah.
Ketiga: Amalan yang masih terus mengalir pahalanya walaupun setelah meninggal dunia, di antaranya : Sedekah jariyah, seperti membangun masjid, menggali sumur, mencetak buku yang bermanfaat serta berbagai macam wakaf yang dimanfaatkan dalam ibadah.
Ilmu yang bermanfaat, yaitu ilmu syar’i (ilmu agama) yang ia ajarkan pada orang lain dan mereka terus amalkan, atau ia menulis buku agama yang bermanfaat dan terus dimanfaatkan setelah ia meninggal dunia.
Anak yang sholeh karena anak sholeh itu hasil dari kerja keras orang tuanya. Oleh karena itu, Islam amat mendorong seseorang untuk memperhatikan pendidikan anak-anak mereka dalam hal agama, sehingga nantinya anak tersebut tumbuh menjadi anak sholeh. Lalu anak tersebut menjadi sebab, yaitu ortunya masih mendapatkan pahala meskipun ortunya sudah meninggal dunia.
2.(Sumber https://rumaysho.com/1663-terputusnya-amalan-kecuali-tiga-perkara.html)

Ilmu agama yang bermanfaat, anak sholeh yang selalu mendoakan ortunya dan sedekah jariyah adalah di antara amalan yang bermanfaat bagi mayit walaupun ia sudah di alam kubur. Simak sajian singkat berikut.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِذَا مَاتَ الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثَةٍ مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ وَعِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ وَوَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ

Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara (yaitu): sedekah jariyah, ilmu yang dimanfaatkan, atau do’a anak yang sholeh” (HR. Muslim no. 1631)

Faedah dari hadits di atas:

Pertama: Jika manusia itu mati, amalannya terputus. Dari sini menunjukkan bahwa seorang muslim hendaklah memperbanyak amalan sholeh sebelum ia meninggal dunia.

Kedua: Allah menjadikan hamba sebab sehingga setelah meninggal dunia sekali pun ia masih bisa mendapat pahala, inilah karunia Allah.

Ketiga: Amalan yang masih terus mengalir pahalanya walaupun setelah meninggal dunia, di antaranya:

a. Sedekah jariyah, seperti membangun masjid, menggali sumur, mencetak buku yang bermanfaat serta berbagai macam wakaf yang dimanfaatkan dalam ibadah.

b. Ilmu yang bermanfaat, yaitu ilmu syar’i (ilmu agama) yang ia ajarkan pada orang lain dan mereka terus amalkan, atau ia menulis buku agama yang bermanfaat dan terus dimanfaatkan setelah ia meninggal dunia.

c. Anak yang sholeh karena anak sholeh itu hasil dari kerja keras orang tuanya. Oleh karena itu, Islam amat mendorong seseorang untuk memperhatikan pendidikan anak-anak mereka dalam hal agama, sehingga nantinya anak tersebut tumbuh menjadi anak sholeh. Lalu anak tersebut menjadi sebab, yaitu ortunya masih mendapatkan pahala meskipun ortunya sudah meninggal dunia.



Sumber https://rumaysho.com/1663-terputusnya-amalan-kecuali-tiga-perkara.html

Ilmu agama yang bermanfaat, anak sholeh yang selalu mendoakan ortunya dan sedekah jariyah adalah di antara amalan yang bermanfaat bagi mayit walaupun ia sudah di alam kubur. Simak sajian singkat berikut.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِذَا مَاتَ الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثَةٍ مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ وَعِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ وَوَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ

Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara (yaitu): sedekah jariyah, ilmu yang dimanfaatkan, atau do’a anak yang sholeh” (HR. Muslim no. 1631)

Faedah dari hadits di atas:

Pertama: Jika manusia itu mati, amalannya terputus. Dari sini menunjukkan bahwa seorang muslim hendaklah memperbanyak amalan sholeh sebelum ia meninggal dunia.

Kedua: Allah menjadikan hamba sebab sehingga setelah meninggal dunia sekali pun ia masih bisa mendapat pahala, inilah karunia Allah.



Sumber https://rumaysho.com/1663-terputusnya-amalan-kecuali-tiga-perkara.html

B. Tadzkiroh, pengingat akan kematian.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :

كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ وَإِنَّمَا تُوَفَّوْنَ أُجُورَكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَمَنْ زُحْزِحَ عَنِ النَّارِ وَأُدْخِلَ الْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِ

“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan” (QS. Ali ‘Imran : 185)

1.Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan kita untuk banyak-banyak mengingat kematian. Beliau bersabda,

“أكثروا ذكر هازم اللذات” يعني : الموت

“Perbanyaklah mengingat pemutus kelezatan (yakni kematian) ”

HR. At Tirmidzi (no. 2307), Ibnu Majah (no. 4258), An Nasa’I (4/4), Ahmad (2/292,293).

1.(Sumber: https://muslim.or.id/7803-adab-islami-ziarah-kubur.html)

Bahwasanya hidup merupakan sebuah kesempatan yang diberikan Alloh SWT kepada insan manusia untuk digunakan beramal sholih, maka gunakan waktu yang tersisa guna senantiasa memperbaiki iman dan takwa, dengan senantiasa memperbaiki niat, ibadah serta amal-amal rutin yang dilakukan. maka dengan ziarah kubur merupakan sebuah upaya guna mengingatkan insan manusia bahwasanya hidup merupakan sebuah amanah untuk manusia guna dipergunakan dengan sebaik-baiknya. Semoga Alloh Subhanahu wa Ta’ala Ridho, memberikan jannah terbaik-NYA. 
 
Jangan sampai terdapat ungkapan penyesalan tiada guna, sebagaimana Alloh SWT Berfirman :
 
وَاَنۡفِقُوۡا مِنۡ مَّا رَزَقۡنٰكُمۡ مِّنۡ قَبۡلِ اَنۡ يَّاۡتِىَ اَحَدَكُمُ الۡمَوۡتُ فَيَقُوۡلَ رَبِّ لَوۡلَاۤ اَخَّرۡتَنِىۡۤ اِلٰٓى اَجَلٍ قَرِيۡبٍۙ فَاَصَّدَّقَ وَاَكُنۡ مِّنَ الصّٰلِحِيۡنَ‏

Dan infakkanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum kematian datang kepada salah seorang di antara kamu; lalu dia berkata (menyesali), "Ya Tuhanku, sekiranya Engkau berkenan menunda (kematian)ku sedikit waktu lagi, maka aku dapat bersedekah dan aku akan termasuk orang-orang yang saleh. (Surat Al Munafiqun : 10)

1Setiap orang yang melalaikan kewajiban pasti akan merasa menyesal di saat meregang nyawanya, dan meminta agar usianya diperpanjang sekalipun hanya sebentar untuk bertobat dan menyusul semua amal yang dilewatkannya. Tetapi alangkah jauhnya, karena nasi telah menjadi bubur, masing-masing orang akan menyesali kelalaiannya.

1.(Sumber : http://www.ibnukatsironline.com/2015/10/tafsir-surat-al-munafiqun-ayat-9-11.html)

3. Bersilaturrahmi

Idul fitri juga merupakan sebuah moment penting yang dapat mempersatukan sebuah nilai-nilai kebaikan ummat yakni semangat ukhuwah, menyadari kekhilafan, saling mendoakan, saling bertukar pesan, menanyakan kabar, saling berwasiat, saling menasehati dalam ketaatan guna memperkokoh keimanan serta ketakwaan. Maka nilai-nilai kebaikan ummat dapat terintenalisasikan dengan baik melalui cara bersilaturahmi : baik dengan tetangga, sanak saudara yang dekat maupun jauh.

Berikut Hadits terkait Silaturahmi dari baginda Rasulullah Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam

عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: “مَنْ سَرَّهُ أَنْ يُبْسَطَ لَهُ فِي رِزْقِهِ أَوْ يُنْسَأَ لَهُ فِي أَثَرِهِ فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ”. [رواه البخاري ومسلم واللفظ للبخاري]

Diriwayatkan dari Anas bin Malik ra, ia berkata: Saya mendengar Rasulullah saw bersabda: “Barang siapa yang suka dilapangkan rezekinya atau ditambahkan umurnya maka hendaklah ia menyambung kekerabatannya”.” [HR. al-Bukhari dan Muslim].

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: “مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَاْليَوْمِ اْلآخِرِ فَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ، وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَاْليَوْمِ اْلآخِرِ فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ، وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَاْليَوْمِ اْلآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ”. (رواه البخاري)

“Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra, diriwayatkan dari Nabi saw, beliau bersabda: “Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah ia menghormati tamunya. Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah ia menyambung kekerabatannya. Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah ia berbicara yang baik atau hendaklah ia diam”.” [HR. al-Bukhari].

عَنْ أَنَسٍ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: “إِنَّ الرَّحِمَ شِجْنَةٌ مُتَمَسِّكَةٌ بِاْلعَرْشِ تَكَلَّمَ بِلِسَانٍ ذَلِقٍ: “اَللَّهُمَّ صِلْ مَنْ وَصَلَنِي وَاقْطَعْ مَنْ قَطَعَنِي”. فَيَقُولُ اللهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى: “أَنَا الرَّحْمَنُ الرَّحِيمُ، وَإِنِّي شَقَقْتُ لِلرَّحِمِ مِنَ اسْمِي، فَمَنْ وَصَلَهَا وَصَلْتُهُ، وَمَنْ نَكَثَهَا نَكَثْتُهُ”. [أخرجه الهيثمي]

“Diriwayatkan dari Anas, diriwayatkan dari Nabi saw, beliau bersabda: “Sesungguhnya rahim (kekerabatan) itu adalah cabang kuat di ‘Arsy berdoa dengan lisan yang tajam: “Ya Allah sambunglah orang yang menyambungku dan putuslah orang yang memutusku”. Maka Allah Tabaraka wa Ta’ala berfirman: “Aku adalah ar-Rahman ar-Rahim. Sungguh Aku pecahkan dari namaKu untuk rahim (kekerabatan), maka barangsiapa menyambungnya niscaya Aku menyambung orang itu, dan barangsiapa memutuskannya pasti Aku memutuskan orang itu”.” [Diriwayatkan oleh al-Haitsami].

 7 Manfaat Silaturahmi 1.

  • Melapangkan rizki
  • Memperpanjang umur
  • Menghibur kerabat
  • Sebagai tanda ketaatan kepada Alloh SWT
  • Menghilangkan Perselisihan
  • Mendapatkan Rahmt 
  • Masuk Surga

1.(Sumber : https://www.dompetdhuafa.org/silaturahmi-dalam-islam/)

4. Halal bil halal

1Terdapat berbagai tradisi unik di kalangan umat Islam di Indonesia ketika bulan Ramadan akan usai dan hari raya Idul Fitri telah tiba. Salah satu tradisi itu adalah Halal bi Halal, atau yang dikenal juga sebagai Syawalan, Silaturrahmi Hari Raya dan semisalnya. Karena itu tradisi, tentu saja hukumnya adalah boleh.

Sebelum istilah halal bihalal ini diperkenalkan oleh KH Wahab Chasbullah, Majalah Suara Muhammadiyah edisi no.5 tahun 1924 sudah menggunakan istilah ini denga dua jenis tulisan, yaitu Alal Bahalal dan Chalal bil Chalal yang berasal dari tulisan salah satu warga Muhammadiyah Gombong bernama Rachmad tentang pentingnya Chalal bil Chalal untuk sarana silaturrahmi saat hari raya Idul Fitri. 1(Sumber : https://lpcr.or.id/hukum-halal-bi-halal-menurut-muhammadiyah/)

Esensi dari halal bil halal :

  • Menyambung Silaturahmi
  • Musafahah : bertemu langsung, bertatap muka, berjabat tangan, meminta maaf, saling mendoakan
  • Memperkuat semangat persaudaraan
  • Memberikan pesan serta semangat baru, sehingga menciptakan suasana baru diantara umat islam dengan harapan terdapat keberkahan didalamnya, memberikan perubahan serta pencerahan dalam setiap pribadi Muslim.

maka patutnya kita bersyukur selaku umat muslim Indonesia negeri dengan penuh dengan limpahan rahmat Alloh SWT, negeri yang subur gemah ripah loh jinawi, umat beragama diberikan keleluasaan dalam menjalankan kegiatan keagamaan dengan sebaik-baiknya, semoga saja hal ini terus berlanjut. Harapannya hari raya Idul Fitri 1445 Hijriyah menjadi sebuah momentum menghimpun nilai-nilai kebaikan ummat berkontribusi terhadap pembenahan kepribadian bangsa dan negara Indonesia, aamiin.

Wallohu'alam bi Showab

 Berikut Dokumentasi Kegiatan Penulis dan Keluarga (Istri, Anak, Adik, Ibu) :

  • Hari Raya Idul Fitri, Rabu, 10/4/2024


  • Ziarah Kubur Bapak, Eyang kakung Alm. Satrijo Prabowo,  Kamis, 11/4/2024.
  • Family Ghatering Keluarga Besar Tubagus Ishak, Jum'at, 12/4/2024.

  • Ziarah Kubur Eyang Uyut Alm. Tubagus Ishak serta Almh. Nyi Mas R. Hj. Heny binti R. M. A. Satjadiangga,  Sabtu, 13/4/2024, Taman Makam Pahlawan Cikutra, Bandung.




 

 

 

Ilmu agama yang bermanfaat, anak sholeh yang selalu mendoakan ortunya dan sedekah jariyah adalah di antara amalan yang bermanfaat bagi mayit walaupun ia sudah di alam kubur. Simak sajian singkat berikut.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِذَا مَاتَ الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثَةٍ مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ وَعِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ وَوَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ

Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara (yaitu): sedekah jariyah, ilmu yang dimanfaatkan, atau do’a anak yang sholeh” (HR. Muslim no. 1631)

Faedah dari hadits di atas:

Pertama: Jika manusia itu mati, amalannya terputus. Dari sini menunjukkan bahwa seorang muslim hendaklah memperbanyak amalan sholeh sebelum ia meninggal dunia.

Kedua: Allah menjadikan hamba sebab sehingga setelah meninggal dunia sekali pun ia masih bisa mendapat pahala, inilah karunia Allah.

Ketiga: Amalan yang masih terus mengalir pahalanya walaupun setelah meninggal dunia, di antaranya:

a. Sedekah jariyah, seperti membangun masjid, menggali sumur, mencetak buku yang bermanfaat serta berbagai macam wakaf yang dimanfaatkan dalam ibadah.

b. Ilmu yang bermanfaat, yaitu ilmu syar’i (ilmu agama) yang ia ajarkan pada orang lain dan mereka terus amalkan, atau ia menulis buku agama yang bermanfaat dan terus dimanfaatkan setelah ia meninggal dunia.

c. Anak yang sholeh karena anak sholeh itu hasil dari kerja keras orang tuanya. Oleh karena itu, Islam amat mendorong seseorang untuk memperhatikan pendidikan anak-anak mereka dalam hal agama, sehingga nantinya anak tersebut tumbuh menjadi anak sholeh. Lalu anak tersebut menjadi sebab, yaitu ortunya masih mendapatkan pahala meskipun ortunya sudah meninggal dunia.



Sumber https://rumaysho.com/1663-terputusnya-amalan-kecuali-tiga-perkara.html

 


Minggu, 07 April 2024

Ramadhan Ya Ramadhan...

Ramadhan Ya Ramadhan...

Oleh : Andrey Maulana S.IP.

Tak terasa Ramadhan 1445 H akan berlalu, sebuah bulan yang penuh kesan serta pengalaman spiritual, mengantarkan makna serta pesan yang begitu mendalam.

Kita dapat rasakan fenomena yang berbeda di bulan ramadhan mulai dari kegiatan keagamaan, sosial/charity, hingga kuliner, sehingga terlihat bahwasanya ramadhan merupakan bulan yang istimewa. 

Berikut salah satu keutamaan bulan Ramadhan

شَهْرُ رَمَضَانَ ٱلَّذِىٓ أُنزِلَ فِيهِ ٱلْقُرْءَانُ هُدًى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنَٰتٍ مِّنَ ٱلْهُدَىٰ وَٱلْفُرْقَانِ ۚ فَمَن شَهِدَ مِنكُمُ ٱلشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ ۖ وَمَن كَانَ مَرِيضًا أَوْ عَلَىٰ سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِّنْ أَيَّامٍ أُخَرَ ۗ يُرِيدُ ٱللَّهُ بِكُمُ ٱلْيُسْرَ وَلَا يُرِيدُ بِكُمُ ٱلْعُسْرَ وَلِتُكْمِلُوا۟ ٱلْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا۟ ٱللَّهَ عَلَىٰ مَا هَدَىٰكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ

Artinya: (Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur. 

Ibnu Katsir rahimahullah tatkala menafsirkan ayat yang mulia ini mengatakan, Allah Swt. memuji bulan Ramadan di antara bulan-bulan lainnya, karena Dia telah memilihnya di antara semua bulan sebagai bulan yang padanya diturunkan Al-Qur'an yang agung. Sebagaimana Allah mengkhususkan bulan Ramadan sebagai bulan diturunkan-Nya Al-Qur'an, sesungguhnya telah disebutkan oleh hadis bahwa pada bulan Ramadan pula kitab Allah lainnya diturunkan kepada para nabi Sebelum Nabi Muhammad Saw. http://www.ibnukatsironline.com/2015/04/tafsir-surat-al-baqarah-ayat-185.html

Berikut penulis sampaikan beberapa hal yang menjadi kesan semoga dapat menjadi pesan penting serta bermanfaat :

1. Masjid penuh sesak, meski akhirnya lambat laun mengalami kemajuan shaf/barisan, "...penulis tersenyum"😊.  Dari Ibnu ‘Umar Radhiyallahu anhuma, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

صَلاَةُ الْجَمَاعَةِ تَفْضُلُ صَلاَةُ الْفَذِّ بِسَبْعٍ وَعِشْرِيْنَ دَرَجَة

“Shalat berjama’ah lebih utama dua puluh tujuh derajat daripada shalat sendirian." Muttafaq ‘alaihi: Shahih al-Bukhari (Fathul Baari) (II/131 no. 645)

2. Qiyamullail berjamaah, melaksanakan solat tarawih,  Hadits Abu Hurairah Radhiyallahu anhu

مَنْ قَامَ رَمَضَانَ اِيْمَانَا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْذنْبِه

“Barang siapa melakukan qiyam (lail) pada bulan Ramadhan, karena iman dan mencari pahala, maka diampuni untuknya apa yang telah lalu dari dosanya.” (Fathul Bari 4/251)

Maksud qiyam Ramadhan, secara khusus, menurut Imam Nawawi adalah shalat tarawih.

  • Shalat Tarawih Pada Zaman Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah melaksanakan dan memimpin shalat tarawih. Bahkan beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjelaskan fadhilahnya, dan menyetujui jama’ah tarawih yang dipimpin oleh sahabat Ubay bin Ka’ab.

Berikut ini adalah dalil-dalil yang menjelaskan, bahwa shalat tarawih secara berjama’ah disunnahkan oleh Nabi Shalallahu ‘alaihi wa sallam, dan dilakukan secara khusyu’ dengan bacaan yang Panjang.

Hadits Nu’man bin Basyir, Radhiyallahu anhu : Ia berkata: “Kami melaksanakan qiyamul lail (tarawih) bersama Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pada malam 23 bulan Ramadhan, sampai sepertiga malam. Kemudian kami shalat lagi bersama beliau pada malam 25 Ramadhan (berakhir) sampai separoh malam. Kemudian beliau memimpin lagi pada malam 27 Ramadhan sampai kami menyangka tidak akan sempat mendapati sahur.” (HR. Nasa’i, Ahmad, Al Hakim. Shahih)

Hadits Abu Dzar Radhiyallahu anhu : Ia berkata: “Kami puasa, tetapi Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak memimpin kami untuk melakukan shalat (tarawih), hingga Ramadhan tinggal tujuh hari lagi, maka Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengimami kami shalat, sampai lewat sepertiga malam. Kemudian beliau tidak keluar lagi pada malam ke enam. Dan pada malam ke lima,beliau memimpin shalat lagi sampai lewat separoh malam. Lalu kami berkata kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, ‘Seandainya engkau menambah lagi untuk kami sisa malam kita ini?’, maka beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersada,



مَنْ قَامَ مَعَ اْلإِمَامِ حَتَّى يَنْصَرِفَ كُتِبَ لَهُ قِيَامُ لَيْلَة



“Barang siapa shalat (tarawih) bersama imam sampai selesai. maka ditulis untuknya shalat satu malam(suntuk).’

Kemudian beliau ٍShallallahu ‘alaihi wa sallam tidak memimpin shalat lagi, hingga Ramadhan tinggal tiga hari. Maka beliau memimpin kami shalat pada malam ketiga. Beliau mengajak keluarga dan istrinya. Beliau mengimami sampai kami khawatir tidak mendapat falah. saya (perawi) bertanya, apa itu falah? Dia (Abu Dzar) berkata, “Sahur”. (HR Nasai, Tirmidzi, Ibn Majah,AbuDaud,Ahmad)

    Tsa’labah bin Abi Malik Al Qurazhi Radhiyallahu anhu berkata: “Pada suatu malam, di malam Ramadhan, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam keluar rumah, kemudian beliau melihat sekumpulan orang disebuah pojok masjid sedang melaksanakan shalat. Beliau lalu bertanya, ‘Apa yang sedang mereka lakukan?’ Seseorang menjawab, ‘Ya Rasulullah, sesungguhnya mereka itu adalah orang-orang yang tidak membaca Al Qur’an, sedang Ubay bin Ka’ab ahli membaca Al Qur’an, maka mereka shalat (ma’mum) dengan shalatnya Ubay.’ Beliau lalu bersabda,



قَدْ أَحْسَنُوْا وَقَدْ أَصَابُوْا


‘Mereka telah berbuat baik dan telah berbuat benar.’ Beliau tidak membencinya.” HR Abu Daud dan Al Baihaqi, ia berkata: Mursal hasan. Syaikh Al Albani berkata, “Telah diriwayatkan secara mursal dari jalan lain dari Abu Hurairah,dengan sanad yang tidak bermasalah (bisa diterima).

  • Shalat Tarawih Pada Zaman Khulafaur Rasyidin

Para sahabat Rasulullah, shalat tarawih di masjid Nabawi pada malam-malam Ramadhan secara awza’an (berpencar-pencar). Orang yang bisa membaca Al Qur’an ada yang mengimami 5 orang, ada yang 6 orang, ada yang lebih sedikit dari itu, dan ada yang lebih banyak. Az Zuhri berkata, “Ketika Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam wafat, orang-orang shalat tarawih dengan cara seperti itu. Kemudian pada masa Abu Bakar, caranya tetap seperti itu; begitu pula awal khalifah Umar.”

     Abdurrahman bin Abdul Qari’ berkata, “Saya keluar ke masjid bersama Umar Radhiyallahu anhu pada bulan Ramadhan. Ketika itu orang-orang berpencaran; ada yang shalat sendirian, dan ada yang shalat dengan jama’ah yang kecil (kurang dari sepuluh orang). Umar berkata, ‘Demi Allah, saya melihat (berpandangan), seandainya mereka saya satukan di belakang satu imam, tentu lebih utama,’ Kemudian beliau bertekad dan mengumpulkan mereka di bawah pimpinan Ubay bin Ka’ab. Kemudian saya keluar lagi bersama beliau pada malam lain. Ketika itu orang-orang sedang shalat di belakang imam mereka. Maka Umar Radhiyallahu anhu berkata,‘Ini adalah sebaik-baik hal baru.’ Dan shalat akhir malam nanti lebih utama dari shalat yang mereka kerjakan sekarang.” Peristiwa ini terjadi pada tahun 14 H.

     Umar Radhiyallahu anhu mengundang para qari’ pada bulan Ramadhan, lalu memberi perintah kepada mereka agar yang paling cepat bacaanya membaca 30 ayat (+/- 3 halaman), dan yang sedang agar membaca 25 ayat,adapun yang pelan membaca 20 ayat (+ 2 halaman).

     Al A’raj (seorang tabi’in Madinah,wafat 117 H) berkata, ;”Kami tidak mendapati orang-orang, melainkan mereka sudah melaknat orang kafir (dalam do’a) pada bulan Ramadhan.” la berkata, “Sang qari’ (imam) membaca ayat Al Baqarah dalam 8 raka’at. Jika ia telah memimpin 12 raka’at, (maka) barulah orang-orang merasa kalau imam meringankan.”    

     Abdullah bin Abi Bakr berkata, “Saya mendengar bapak saya berkata,’Kami sedang pulang dari shalat (tarawih) pada malam Ramadhan. Kami menyuruh pelayan agar cepat-cepat menyiapkan makanan, karena takut tidak mendapat sahur'”

     Saib bin Yazid rahimahullah (Wafat 91 H) berkata, “Umar Radhiyallahu anhu memerintah Ubay bin Ka’ab dan Tamim Ad Dari Radhiyallahu anhuma agar memimpin shalat tarawih pada bulan Ramadhan dengan 11 raka’at. Maka sang qari’ membaca dengan ratusan ayat, hingga kita bersandar pada tongkat karena sangat lamanya berdiri. Maka kami tidak pulang dari tarawih, melainkan sudah di ujung fajar.”
(
Referensi : https://almanhaj.or.id/3150-shalat-tarawih-nabi-dan-salafush-shalih.html)

3. Berlomba-lomba dalam beramal baik, ketika pulang mudik penulis berdecak kagum bercampur haru, ada sebuah hal menarik banyak murid SD berjejer rapih disekitar jalan didepan sekolahnya, daerah gantar Indramayu, berbaris rapih guna memberikan takjil bagi para pengguna jalan, penulis sempat memperlambat laju kendaraan sambil memberikan Jempol buat mereka menandakan mendukung serta mengapresiasi kegiatan yang mereka lakukan.  

Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :

احْرِصْ علَى ما يَنْفَعُكَ

“Bersemangatlah dalam menggapai hal yang bermanfaat untukmu.” (HR. Muslim no. 2664)

Sebuah indikasi bersemangat adalah tidak menunda-nunda dalam melakukan kebaikan. Allah SWT berfirman,

وَلِكُلٍّ وِجْهَةٌ هُوَ مُوَلِّيهَا ۖ فَاسْتَبِقُوا الْخَيْرَاتِ ۚ أَيْنَ مَا تَكُونُوا يَأْتِ بِكُمُ اللَّهُ جَمِيعًا ۚ إِنَّ اللَّهَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ

Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap kepadanya. Maka, berlomba-lombalah (dalam membuat) kebaikan. Di mana saja kamu berada, pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat). Sesungguhnya Allah Mahakuasa atas segala sesuatu.” (QS. Al-Baqarah: 148).

عَنِ جابر، رَضِيَ الله عَنْهُمَا، قَالَ : قال رَسُولُ اللهِ صَلَّى الله عَلَيه وسَلَّم: خَيْرُ النَّاسِ أَنْفَعُهُمْ لِلنَّاسِ

Artinya: “Jabir radhiyallau ‘anhuma bercerita bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia.” Hadits dihasankan oleh al-Albani di dalam Shahihul Jami’ (no. 3289). (Referensi https://muslim.or.id/78781-bersegera-dan-berlomba-dalam-kebaikan.html)

4. Buka bersama (bukber) Ifthar Jama'i, Hadis Riwayat Abu Dawud, “Para Sahabat Nabi Muhammad SAW bertanya, ‘mengapa makan tidak kenyang?’ Kemudian, Nabi balik bertanya, ‘Apa kalian makan sendiri?’ Para sahabat menjawab, ‘iya’,” Kemudian Rasulullah SAW menjawab lagi, “Makanlah kalian bersama-sama dan bacalah basmalah, maka Allah SWT akan memberikan berkah kepada kalian semua,” (HR Abu Dawud). Referensi (https://www.uin-suska.ac.id/blog/2023/03/29/bukber-dalam-perspektif-islam/)

Kegiatan buka puasa bersama juga menjadi kesempatan untuk beramal sholih, berbuat baik terhadap sesama saudara muslim. Rasulullah SAW bersabda :

"Barang siapa memberi makan orang yang berbuka, maka baginya pahala yang sama dengan orang yang berbuka itu, tanpa mengurangi pahala orang yang berbuka itu sedikitpun." (HR Tirmidzi). (https://www.rumahzakat.org/id/hukum-buka-puasa-bersama)

5. I'tikaf , Alhamdulillah Penulis bekerja sebagai Pegawai Assyifa Al khoeriyah unit SMAIT Wanareja, sebagai lembaga pendidikan Islami yang mempunyai visi menjadi lembaga pendidikan terdepan tingkat Nasional, maka di bulan suci Ramadhan penuh keberkahan ini yayasan Assyifa Al-khoeriyah mengadakan kegiatan I'tikaf berupaya membina pegawai dalam peningkatan Iman serta takwa, dengan harapan menjaga nilai spiritualitas, moralitas, etos kerja, serta menggapai lailatul qadar, yang biasa  diselenggarakan pada malam ke 21 & 23 di tiap-tiap kampus Sekolah Assyifa Al khoeriyah boarding school Subang.  

  • Beberapa Hadits Tentang I'tikaf  diriwayatkan oleh ‘Aisyah Radhiyallahu anha, ia berkata :

“Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam lebih giat (dalam beribadah) pada sepuluh hari terakhir ini yang tidak beliau lakukan pada hari-hari lainnya.” (Hadits Riwayat Muslim)

Juga hadits yang diriwayatkan oleh ‘Aisyah Radhiyallahu anha: “Jika Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam memasuki sepuluh hari terakhir, maka beliau mengencangkan ikatan kainnya, menghidupkan malamnya dan membangunkan keluarganya…” (Hadits Riwayat Bukhari & Muslim)

Hadits lainnya yang juga diriwayatkan dari ‘Aisyah Radhiyallahu anha:“Bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam beri’tikaf pada sepuluh hari terakhir dari bulan Ramadhan sampai Allah mewafatkan beliau, kemudian isteri-isteri beliau (tetap) beri’tikaf sepeninggal beliau…” (Hadits Riwayat Bukhari). (https://almanhaj.or.id/2113-itikaf-pada-sepuluh-hari-terakhir-dari-bulan-ramadhan.html)

6. Beragam Kuliner Khas bulan Ramadhan, beragam makanan mulai dari rasa, tekstur, warna, type makanan berat maupun ringan. bisa didapati mulai dari yang ringan semisal gorengan, kolak, bubur, beragam es yang menyegarkan sebagai takjil, lalu ada ketupat, opor ayam, kentang sambal goreng hati, aneka olahan daging, serta tidak lupa kue-kue khas ramadhan, mulai dari yang instan semisal kue kaleng hingga kue khas keluarga masing-masing semisal nastar, puteri salju, castangel keju dll. *Penulis pernah menulis terkait referensi kuliner ramadhan https://andreymaulanathegoodfather.blogspot.com/2023/06/kuliner-ramadhan-jajanan-praktis-coklat.html), dimuat di majalah pendidikan berbasis literasi Majalah Geliat Gemilang edisi mo.8, tahun 4, 2023. "Kuliner Ramadhan jajanan praktis Coklat Wafer aneka toping Klafertop Hadirkan dalam setiap menu berbuka Puasa".

Maka selain meningkatkan ketaqwaan, bulan Ramadhan juga sering dianggap sebagai bulan yang penuh keberkahan dalam hal rezeki. Banyak orang yang merasakan adanya peningkatan dalam pendapatan mereka atau mendapatkan rejeki yang tidak terduga di bulan ini. Misalnya, bulan suci Ramadhan membawa keberkahan bagi pedagang. Bagi pedagang yang berjualan kue, minuman dan makanan lainnya di bulan suci ramadhan, waktu berjualan biasanya sekitar dua jam, yaitu dari jam 4 sampai menjelang berbuka. Namun kadangkala dengan waktu sependek itu, pendapatan mereka mungkin sepadan atau lebih banyak dibandingkan pendapatan mereka yang berjualan seharian di luar bulan suci Ramadhan. Bagi pegawai perusahan, di akhir bulan Ramadhan biasanya mereka mendapatkan tunjangan hari raya (THR) yang bisa dua kali lipat dari gaji rutin tiap bulan. Sehingga keberkahan bulan ramadhan bukan hanya dirasakan oleh Umat Muslim saja namun juga bisa dirasakan dampaknya oleh saudara kita yang non muslim. (https://www.uin-suska.ac.id/blog/2023/03/28/keberkahan-bulan-ramadhan/)

  • Adalah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengutamakan berbuka dengan kurma. Jika tidak ada kurma maka beliau berbuka dengan minum air.

Berdasarkan hadits: َ"Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berbuka puasa dengan kurma basah sebelum shalat. Apabila tidak ada kurma basah maka beliau berbuka dengan kurma kering. Apabila tidak ada kurma kering maka beliau berbuka dengan air. HR Abu Dawud: 2356, at-Tirmidzi: 696, Ahmad 3/163, Ibnu Khuzaimah 3/227, al-Hakim 1/432, dihasankan oleh al-Albani di dalam al-Irwa‘ no. 922. (Ubaidahabu, Fiqih Praktis Puasa Ramadhan, hal. 37)

Berikhtiar menyambut bulan Ramadhan dengan menambah referensi, alternatif kuliner harapannya dapat menambah wawasan kuliner serta semangat dalam menjalankan ibadah shaum Ramadhan.  

Semoga di tahun ini pada ramadhan 1445 H, merupakan capaian Ramadhan terbaik dalam hidup dengan memperoleh lailatul Qadar, penulis mengajak mari bersama-sama memperbaiki niat, memperbaiki ibadah, amal-amal sholih, bermuhasabah-evaluasi diri serta bertawakal guna mencapai keridhoan Alloh SWT, hingga Alloh SWT memberikan Jannah terbaik-Nya untuk hambaNya yang beriman & bertakwa, Wallohu'alam bi Showab.   

Berikut Dokumentasi kegiatan penulis dan keluarga :

  • Tarhib Ramadhan 1445 H


 
  • Pawai Obor

  • Jalsah Ruhiyah

  • Kegiatan Rakor Pembinaan Kampus Wanareja Assyifa Al Khoeriyah

  • Kegiatan Spiritual Teacher "Malam Bina Takwa Pegawai" Unit SMAIT Assyifa Boarding School Wanareja Subang

  • Sosialisasi ZISWAF Yayasan AsSyifa Al Khoeriyah

  • Launching Sekolah Pembina Unit SMAIT Assyifa Boarding School Wanareja Subang

  • Ifthar Jama'i & Musafahah Perpulangan Murid dengan TIM Asrama SMAIT Assyifa Boarding School Wanareja Subang

 
  • Kegiatan Ifthar Jama'i Pegawai Unit SMAIT Assyifa Boarding School Wanareja Subang
 

  • Mu'takifin Masjid Khalid bin Walid, 21 & 23 Ramadhan 1445 H, Kampus Assyifa Wanareja Boarding School Subang


  • Family Time

  • Azmi Trip, Astro Lembang

  • Azizah, Kegiatan Pondok Pesantren Field Trip Lembang


 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 



Gema Keteguhan Iman: Renungan dalam Menghadapi Problematika Hidup

Inspirasi dari Puisi Spiritualitas "Doa Dalam Diam" Oleh: Andrey Maulana, S.IP. Puisi: Doa Dalam Diam Keruwetan tersaji, sumber...